Kamis, 29 Januari 2009

Kisah Sahabat Bilal Al- Habsyi r.a

Posted by Bustamam Ismail on January 21, 2008

Bilal Al-Habsyi r.a adalah sahabat yang cukup terkenal. Ia seorang muadzin tetap di masjid Nabawi. Dahulunya ia seorang budak dan hamba sahaya milik seorang kafir Quraisy. Kemudian masuk Islam , dengan keislamannya ini menyebabkan ia banyak menanggung pederitaan dan mengakami siksaan dari orang-orang kafir.


Umayyah bin Khalaf adalah seorang kafir yang paling keras memusuhi umat Islam. Di atas padang pasir yang panas dan di tengah terik matahari yang menyengat. Bilal r.a ditelentangkan dengan ditindihkan batu yang besar didadanya sehingga ia tidak bias menggerakkan badannya sedikitpun, sambil dikatakan kepadanya “ Apakah kamu mau mati dalam keadaan demikian atau tetap hidup, dengan syarat engakau tinggalkan Islam?” Meskipun dalam keadaan demikian, ia tetap menyatakan Ahad,Ahad yaitu yang boleh disembah hanya satu. Pada malam harinya sambil diikat dengan rantai, ia dicambuki terus menerus, sehingga badannya penuh luka. Pada siang harinya dengan lukanya tersebut ia dibaringkan kembali di atas padang pasir panas sehinga penderitaannya bertambah berat disamping harus menanggung penderitaan karena luka-luka dibadannya. Tuannya berharap bahwa dengan cara seperti itu ia akan mati perlahan-lahan, kecuali jika ia mau meninggalkan Islam. Orang yang menyiksa bilal r.a selalu bergantian. Kadang-kadang Abu Jahal dan kadang-kadang Umayyah bin Khalaf, kadang orang lainnya ikut menyiksanya. Mereka berusaha sekuat mungkin untuk menimpakan penderitaan yang lebih berat kepada Bilal r.a.


Ketika Abu Bakar As-Shiddiq r.a. melihat hal itu, Iapun membeli Bilal r.a dan langsung membebaskannya.


Kemudian beliau menjadi muadzin Rasulullah saw yang berkhidmat dalam menyerukan adzan untuk mendirikan shalat. Setelah Rasulullah wafat ia tinggal di Madinah Thayyibah. Tetapi ia merasa tidak tahan melihat bekas tempat Rasulullah saw yang kosong. Karena itu ia berniat di dalam hatinya, bahwa sisa-sisa hidupnya akan di habiskannya untuk berjihad dalam agama. Sehingga ia berniat untuk berangkat bersama-sama bergabung dengan lasykar jihad yang berperang fi sabilillah. Sampai beberapa waktu lamanya ia tidak kembali ke kota Madinah.

Suatu malam bermimpi bertemu Rasulullah saw belau berkata da;lam mimpinya,” wahai bilal, kezaliman apakah yang engkau lakukan sehingga engkau tidak mau menziarahiku?” Setelah bangun dari mimpinya, ia segera berangkat ke Madinah. Sesampainya disana, Hasan dan Husein r.a cucu Rasulullah , memintanya untuk mengumandangkan adzan. Permintaan orang yag dicintainya itu tidak dapat ditolak olehnya. Mulailah ia adzan, maka terdengarlah suara adzan seperti masa hidupnya Rasulullah saw. Suara itu sungguh menyentuh hati orang yang mendengarnya. Para wanita menangis, mereka keluar dari rumahnya untuk mendengarkannya.

Untuk beberapa hari, beliau tinggal di Madinah, setelah itu beliau kembali. Dan tahun kedua puluh hijriyah beliau wafat di Damsyiq. ( dikutip dari kisah sahabat oleh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi Rah.a)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar