Kapan dan bagaimana masuknya orang besar ini kedalam Islam?. Abdurrahman bin ‘Auf masuk Islam pada saat-saat permulaan da’wah yakni sebelum Rasulullah SAW memasuki rumah Arqam dan menjadikannya sebagai tempat pertemuan dengan para sahabatnya orang-orang mukmin. Abu Bakar datang kepadanya untuk menyampaikan Islam, setelah itu tak ada keraguan yang menjadi penghalang baginya untuk segera menemui Rasulullah SAW guna menyatakan keIslamannya. Dan semenjak keIslamannya sampai berpulang menemui Rabbnya dalam umur tujuhpuluh lima tahun, ia menjadi teladan yang cemerlang sebagai seorang Mukmin yang besar. Hal ini menyebabkan Nabi SAW memasukkannya dalam sepuluh orang yang telah diberi kabar gembira sebagai ahli surga.
Selama perjalanan hidupnya, ia diberikan kemudahan oleh Allah keberuntungan dalam perniagaan sampai suatu batas yang membangkitkan dirinya pribadi ketakjuban hingga dia berkata, “Sungguh, kulihat diriku, seandainya aku mengangkat batu niscaya kutemukan dibawahnya emas dan perak…!. Dialah saudagar yang berhasil dan orang yang kaya raya. Keberhasilan yang paling besar dan lebih sempurna!. Namun di sisi lain, dialah seorang mukmin yang bijaksana, tak rela harta benda kekayaannya meninggalkannya dari kafilah iman dan pahala surga. Maka dialah r.a yang membaktikan harta kekayaannya di jalan Allah.
Pada suatu hari, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ibnu ‘Auf! Anda termasuk golongan orang kaya… dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan…!. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda...!”. Semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah ini, ia menyediakan bagi Allah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipatganda. Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan balatentara Islam dan hari yang lain seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat limapuluh ribu dinar untuk jalan Allah, bagi orang-orang yang ikut perang Badar dan masih hidup masing-masing diberi empatratus dinar. Peristiwa yang satu ini saja, melukiskan gambaran kedermawanan seorang ’Abdurrahman bin ’Auf.
Perniagaan baginya bukan berarti rakus dan loba. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidupmewah dan ria’!, malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berkurban dijalan-Nya. Inilah keteladanan yang seharusnya diikuti oleh kaum muslimin dalam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Demikian janji Allah, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “ (QS. Al-Baqarah:261).
Pada suatu hari, ia mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Ibnu ‘Auf! Anda termasuk golongan orang kaya… dan anda akan masuk surga secara perlahan-lahan…!. Pinjamkanlah kekayaan itu kepada Allah, pasti Allah mempermudah langkah anda...!”. Semenjak ia mendengar nasehat Rasulullah ini, ia menyediakan bagi Allah pinjaman yang baik, maka Allah pun memberi ganjaran kepadanya dengan berlipatganda. Diserahkannya pada suatu hari limaratus ekor kuda untuk perlengkapan balatentara Islam dan hari yang lain seribu limaratus kendaraan. Menjelang wafatnya ia berwasiat limapuluh ribu dinar untuk jalan Allah, bagi orang-orang yang ikut perang Badar dan masih hidup masing-masing diberi empatratus dinar. Peristiwa yang satu ini saja, melukiskan gambaran kedermawanan seorang ’Abdurrahman bin ’Auf.
Perniagaan baginya bukan berarti rakus dan loba. Bukan pula suka menumpuk harta atau hidupmewah dan ria’!, malah itu adalah suatu amal dan tugas kewajiban yang keberhasilannya akan menambah dekatnya jiwa kepada Allah dan berkurban dijalan-Nya. Inilah keteladanan yang seharusnya diikuti oleh kaum muslimin dalam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT. Demikian janji Allah, “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada setiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui “ (QS. Al-Baqarah:261).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar